Abstrak
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang menjadi manhaj al- hayat bagi umat Islam. Kaum muslim disuruh untuk membaca dan
mengamalkan agar memperoleh kebahagaiaan dunia dan akhirat.
Dalam realitanya, fenomena pembacaan al-Qur’an mendapat
apresiasi dan respon umat Islam dengan berbagai cara. Terdapat
berbagai macam model pembacaan al-Qur’an, mulai berorientasi
pada pemahaman dan pendalaman maknanya, sampai pada yang
sekedar membaca al-Qur’an sebagai ibadah ritual atau untuk
memperoleh ketenangan jiwa dan memperoleh keberkahan. Bahkan
ada juga pembacaan al-Qur’an yang dilakukan guna mendapatkan
kekuatan magis (supranatural) atau terapi pengobatan dan
sebagainya. Salah satu model pembacaan al-Qur’an yang ditemukan
adalah apa yang dipraktekkan oleh Santri Pondok Pesantren
Salafiyah dengan membaca surah Yasin (ma’baca Yasin) atau Yasinan
di makam Annangguru Maddappungan. Fakta di lapangan
menunjukkan bahwa pemahaman santri terkait praktek tradisi
ma’baca Yasin di Makam Annangguru Maddappungan, memiliki
beberapa bentuk pemahaman, yaitu: tawassul, mengingat mati,
menunaikan hajat, dan (mattula’ bala) menolak bala. Selanjutnya,
tradisi ma’baca Yasin di Makam Annangguru Maddappungan
berimplikasi pada santri, yakni mampu membentuk kepribadian
berlandaskan nilai-nilai qur’ani serta mampu menjadikan media
dakwah untuk memperkuat karakter spritual masyarakat.