TRADISI MA’BACA YASIN DI MAKAM ANNANGGURU MADDAPPUNGAN (1884-1953M)

  • 09:14 WITA
  • Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
  • Artikel

Abstrak Al-Qur’an merupakan kitab suci yang menjadi manhaj al- hayat bagi umat Islam. Kaum muslim disuruh untuk membaca dan mengamalkan agar memperoleh kebahagaiaan dunia dan akhirat. Dalam realitanya, fenomena pembacaan al-Qur’an mendapat apresiasi dan respon umat Islam dengan berbagai cara. Terdapat berbagai macam model pembacaan al-Qur’an, mulai berorientasi pada pemahaman dan pendalaman maknanya, sampai pada yang sekedar membaca al-Qur’an sebagai ibadah ritual atau untuk memperoleh ketenangan jiwa dan memperoleh keberkahan. Bahkan ada juga pembacaan al-Qur’an yang dilakukan guna mendapatkan kekuatan magis (supranatural) atau terapi pengobatan dan sebagainya. Salah satu model pembacaan al-Qur’an yang ditemukan adalah apa yang dipraktekkan oleh Santri Pondok Pesantren Salafiyah dengan membaca surah Yasin (ma’baca Yasin) atau Yasinan di makam Annangguru Maddappungan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pemahaman santri terkait praktek tradisi ma’baca Yasin di Makam Annangguru Maddappungan, memiliki beberapa bentuk pemahaman, yaitu: tawassul, mengingat mati, menunaikan hajat, dan (mattula’ bala) menolak bala. Selanjutnya, tradisi ma’baca Yasin di Makam Annangguru Maddappungan berimplikasi pada santri, yakni mampu membentuk kepribadian berlandaskan nilai-nilai qur’ani serta mampu menjadikan media dakwah untuk memperkuat karakter spritual masyarakat.